Dakwah ini Bukan Ibarat Lilin

Apakah anda tahu tentang lilin? Ya, pasti anda sudah paham, lilin adalah suatu bahan yang terbakar untuk memberi penerangan di suatu tempat yang gelap. Akan tetapi, coba lihat, bagaimana dengan kondisi dirinya sendiri? Terbakar bukan? Dan akhirnya habis, dan tak mampu memberikan penerangan lagi….

Di sisi lain, ada seseorang yang berdakwah, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, tetapi dia sendiri mengingkari apa yang dia serukan dengan perbuatannya, dia malah mengerjakan yang mungkar dan tidak melaksanakan yang makruf. Coba bandingkan dengan kondisi lilin diatas, hampir sama bukan? Dia sendiri merugi dengan perbuatannya sendiri…

Coba kita buka Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 44, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca alkitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” Qatadah berkata dalam menafsirkan ayat diatas, “Dahulu Bani Israil menyuruh manusia berbuat ketaatan, takwa dan kewajiban, tetapi mereka menyelisihinya. Maka Allah ‘azza wajalla mencela mereka.”

Ibnu ‘Abbas berkata dalam menafsirkan “Dan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri”, ‘maksudnya, kalian meninggalkan diri kalian’. “Padahal kamu membaca al-kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?”, ‘maksudnya, kalian melarang manusia mengkufuri apa yang ada pada kalian berupa nubuwwah dan perjanjian di dalam taurat, sedangkan kalian meninggalkan diri kalian sendiri dengan menyelisihi janji yang telah Kami ambil dari kalian untuk membenarkan Rasul Kami, sementara kalian membatalkan perjanjian kalian dengan-Ku dan kalian mengingkari apa yang kalian ketahui dari kitab suci-Ku’.

Maka dari itu, saudaraku, hendaklah orang yang menyeru kepada kebaikan adalah orang yang paling bersegera dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebaikan tersebut. Allah ta’ala juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat akan didatangkan seorang laki-laki, lalu ia dicampakkan ke dalam neraka. Kemudian ususnya terburai dan ia berputar-putar di dalam neraka seperti keledai mengitari penggilingannya. Maka para penghuni neraka mengelilinginya seraya berkata: ‘Wahai fulan, apa yang menimpa dirimu, bukankah engkau dahulu selalu menyeru kami berbuat kebaikan dan mencegah kami dari kemungkaran?’ Orang itu menjawab: ‘Dahulu aku menyuruh kalian berbuat kebaikan namun aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kalian berbuat kemungkaran namun aku sendiri mengerjakannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Mungkin ada yang berpikir, “Aku tidak akan berdakwah, karena aku sendiri saja belum sholih, mana mungkin akan beramar makruf nahi mungkar?”. Pemikiran seperti ini perlu kita luruskan. Ketahuilah saudaraku, Beramal dan berdakwah merupakan dua kewajiban kita, yang mana salah satu dari keduanya tidak gugur dengan meninggalkan yang lainnya. Artinya, jika kita belum beramal, kewajiban berdakwah tidak akan gugur dengan hal itu. Jika seseorang beramal tanpa berdakwah, maka dia terkena dosa tidak berdakwah. Jika seseorang berdakwah tanpa beramal, maka dia terkena dosa tidak beramal. Dan jika seseorang meninggalkan keduanya, maka dia terkena dosa lebih berat, tidak beramal dan tidak berdakwah. Wallahu a’lam.

Marilah saudaraku, kita memohon pertolongan kepada Allah ta’ala, untuk diberi kemudahan untuk beramal sholih sebaik-baiknya dan kemampuan untuk berdakwah semampu kita. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ta’ala. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Wallahu ta’ala a’lam.

Daftar rujukan:
Sahih Tafsir Ibnu Katsir (Tim ahli tafsir, dikepalai oleh Syaikh Shafiurrahman al-mubarakfury)


download pdf file

1 komentar:

1

mengatakan... Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.