jawaban pertanyaan-pertanyaan KANSAS (kajian selasa sore) special

bismillahirrahmanirrahim

bagi antum/na yang bertanya pada kajian selasa sore (KANSAS) special kemarin tetapi tidak sempat dijawab oleh ust karena keterbatasan waktu, maka jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kami paparkan disini.

1. Ustadz mau bertanya, Kalau kita merasa teman kita sudah mulai melenceng dari pergaulan yang benar, bagaimana cara kita yang halus untu mengingatkannya? Sementara dia adalah
orang yang faham tentang agama???

Teringat qoidah populer milik Imam Tirmidzi “ Al-Iman yaziid wa yanqus”, iman itu bertambah dan berkurang. Tidak menjamin seorang yang paham tentang agama, imannya selalu bertambah. Alloh juga tidak membebankan syarat pada seorang yang memberi nasehat haruslah lebih paham dari pada yang dinasehati. Tugas kita adalah mengingatkannya. Alloh berfirman:

“ dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” ( Adz-Dzariyat: 55)

Insya Alloh, jika benar teman kita orang yang paham dien, ketika diingatkan akan menerimanya, berbicaralah dengan kata2 yang lembut, sebagaimana Alloh menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir’aun:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Thaaha:44)

Wallahu ta’ala a’lam

2. Bagaimana menyikapi orang yang mengatasnamakan dakwah tapi hanya untuk hal2 yang ga bener?

Sebagaimana pertanyaan pertama, kewajiban saudara mukmin satu kepada yang lainnya, tapi kita harus benar-benar mengetahui kesalahan saudara kita. Maksudnya, bukan berdasarkan dzon atau prasangka kita saja. Salah satu qoidah menyebutkan “AL-Hukmu bidhowahir”. Menghukumi sesuatu itu dari dhohirnya.

Artinya, tatkala saudara kita tadi tidak menunjukkan hal-hal yang “ga bener”, maka alangkah baiknya kita bekhusnudzon. Begitu juga sebaliknya, ketika saudara kita menunjukkan perbuatan yang perlu di-ishlah, maka kewajiban kita untuk terus mengingatkannya.Wallahu a’lam bishowab.

3. Seandainya sudah ada tanda ikhwan yang melenceng, mulai mendekati akhwat, bagaimana sikap akhwat sebaiknya? Kalau kita mengingatkan, nanti dilnilai malah menanggapi?

Adanya batas-batas antara ikhwan dan akhwat bukan berarti secara mutlaq melarang ikhwan dan akhwat berinteraksi. Selama berpegang dengan adab-adab yang ada, maka tidaklah menjadi permasalahan. Selanjutnya tetap, dalam keadaan seperti ini setelah menjaga adab-adab yang ada, akhwat tetap harus tegas mengingatkan saudaranya agar tidak dianggap menanggapi. Wallahu a’lam

4. Bagaimana untuk memulai memperbaiki diri bagi seorang akhwat? Haruskah langsung berjilbab?

Ilmu dien sangatlah luas. Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita yang mengaku muslim untuk mengarungi samudranya. Berjilbab hukumnya wajib bagi seorang muslimah, sesuai firman Alloh:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ (النور:31)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya (Qs. An-Nur: 31)

Maka setelah mengetahui ilmunya, sudah menjadi kewajiban bagi kita, orang yang terus berusaha untuk memperbaiki diri, mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya. Dan bukti bahwa kita bersungguh-sungguh dalam perbaikan diri kita adalah dengan mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkan. Wallahu a’lam.

5. Bagaimana pandangan Islam untuk perempuan tak berjilbab namun cukup sopan dan santun, dengan yang berjilbab namun tidak lebih baik akhlaknya?

” يا أيهاالذين أمنوا ادخلوا في السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين “ (البقرة : 208)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.( Qs. Al-Baqoroh:208)

Dari ayat di atas, Alloh memerintahkan kepada kita untuk masuk ke dalam dien ini secara menyeluruh(tidak mengambil sebagian dan membuang sebagian). Maksudnya, tidak ada yang lebih afdhol antara keduanya (bejilbab dan berakhlak baik). Yang lebih afdhol adalah menjadi muslimah yang menutup auratnya dan berakhlak yang mulia. Jadi, bagi akhwat yang belum berjilbab, setelah mengetahui ilmunya, segera melengkapi akhlak baiknya dengan mengenakan jilbab, begitu juga sebaliknya. Wallahu a’lam.

6. Pada zaman sekarang ini, para akhwat yang berusaha menjaga hijabnya justru dianggap eksklusif dan cenderung dijauhi, bagaimana menanggapi hal tersebut? Apakah dengan hijab tersebut seorang akhwat tetap dapat jadi aktivis? Bagaimana caranya?

Sudah menjadi sunnatulloh, Islam serta orang yang benar-benar menggigit Al-Quran dan sunnah dengan gerahamnya selalu dijauhi dan dicibir. Panutan kita pun, Rasululloh, merasakan demikian bahkan lebih dari itu. Lalu apakah kita pasrah dengan keadaan kita yang seperti itu? Jawabannya tidak. Islam juga mengajarkan kita bagaimana memuliakan orang-orang di luar Islam. Hari ini tidak sedikit muslimah berjilbab yang diterima di kalangan umum, karena hari ini jilbab tidaklah dianggap sebagai masalah yang diperbincangkan. Banyak muslimah yang duduk di kursi parlemen, aktif di ormas serta LSM umum. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa loyal berkomunikasi dengan siapa saja orang di sekitar kita tanpa melupakan batasan atau adab-adab (yang sudah dijelaskan) dalam bermuamalah dengan sesama (ikhwan atau akhwat).

1 komentar:

Anonim

12 November 2011 pukul 08.31
Permalink this comment

1

mengatakan...

siip:)

Posting Komentar

Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.