Tergoda Pacaran

“Hari ini kita putus!!!” teriak John sambil menutup gagang telepon dengan kesal. Di suatu sudut kamar yang lain terlihat Mona memegang Hp-nya sambil menangis. “Kalo begini aku ingin mati saja…”

Pernahkah Anda mengalami hal diatas? Jika jawaban Anda iya, maka Anda harus berpikir berulang kali untuk mencari pacar baru. Banyak kasus pacaran dikalangan remaja berakhir tragis dengan pembunuhan, penipuan, atau bahkan bunuh diri berjamaah. Janji sehidup semati seakan menjadi tonggak penopang hubungan mereka. Namun, janji tinggallah janji. Tanpa ridho Ilahi, semuannya takkan berarti.

Sebagian remaja lain berpendapat, pacaran merupakan sarana untuk mengenal lebih dalam calon istri/suami yang akan kita nikahi, bagaimana perilakunya, kelebihan dan kekurangannya, bahkan apa saja hal-hal yang disukainya. Itu pendapat mereka. Seakan manis ditelinga. Tapi apakah seefektif itu kenyataannya? Emm.....

Upaya Menabung Dosa
Kalo kita menabung harta untuk untuk masa depan, itu mah sah-sah saja. Apalagi menabung pahala dengan banyak beramal sholeh, itulah seharusnya pekerjaan kita. Tapi apa jadinya kalo kita menabung dosa setiap harinya? Lho, kok bisa? Salah satu contohnya adalah dengan pacaran. Pagi-pagi sudah bertemu dengan si ‘dia’, melihat kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Padahal, Allah ta’ala memerintahkan, “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’.”
(An-Nur: 30-31).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga berpesan kepada Ali radiallahu ‘anhu yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.” (HR Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).

Ketika siang menjelang, sudah bergandengan tangan dengan si ‘dia’. Padahal jelas, bersentuhan dengan wanita / pria yang bukan mahrom dan tidak halal baginya hukumnya adalah haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR. Ath-Thabrani).

Ketika malam menjelma, sudah berkhalwat (berdua-duaan) dengan si ’dia’ di tempat yang sepi. Padahal, tidaklah seorang laki-laki dan perempuan berkhalwat, kecuali yang ketiganya adalah syetan. Artinya, syetan akan terus menggoda dan menbujuk keduanya agar terjerumus kepada perzinaan. Na’udzubillahi min dzalik.

Coba bayangkan, seandainya segala aktivitas diatas dibingkai dalam ikatan yang halal, yaitu pernikahan. Bukan dosa yang didapat, tetapi semuanya akan berubah menjadi pahala, insya Allah.

Mengenal Calon Istri/Suami
Jika kita mau mencermati dengan akal yang sehat, upaya mengenal calon istri/suami dengan pacaran merupakan kesia-siaan dan kebohongan semata. Bagaimana tidak? Orang yang berpacaran tentu dengan sekuat tenaga akan berusaha menyenangkan hati pacarnya dengan menonjolkan kebaikan-kebaikannya dan menutupi keburukan-keburukannya. Jika berdekatan dengan pacarnya, dia akan berubah seolah-olah menjadi pria/wanita yang paling baik sedunia. Padahal, diluar, dia berhati kasar, kotor, dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Sehingga, ketika menjadi suami/istri, akan terkuaklah aib-aibnya dan akhirnya perceraianlah solusinya.

Solusi untuk mengenal calon istri/suami adalah dengan bertanya. Coba kita cari informasi dari orang terpercaya yang dekat dan tahu kepribadian calon istri/suami kita. Bisa temannya, kakak atau adiknya, pamannya, atau yang lain. Jika kita berkeinginan untuk menikah, kita diperbolehkan melihat calon istri/suami kita agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Setelah itu, mintalah petunjuk kepada Allah ta’ala dengan sholat istikharah. Jika sudah mantap, ya tinggal nikah aja. Insya Allah lebih bersih dan lebih berkah daripada kita mengotori kesucian pernikahan dengan pacaran. Betul nggak?

Cukuplah kehidupan Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi sebuah contoh. Ketika beliau membantu usaha perdagangan Khadijah, Khadijah sudah mendengar dari orang-orang tentang kemuliaan kepribadian Muhammad. Selain itu, Bibi Muhammad, yaitu Shofiyah binti Abdul Muthollib yang merupakan istri saudara Khadijah sering bercerita tentang Muhammad. Kekaguman Khadijah kepada Muhammad semakin bertambah ketika dia mengutus pembantu laki-lakinya, Maisaroh untuk menemani perjalanan dagang Muhammad ke Syam. Selama perjalanan itu, Maisaroh melihat kejadian-kejadian yang luar biasa dan mendapati kemuliaan akhlak yang mengagumkan pada diri Muhammad. Khodijah yang menerima informasi ini, semakin mantap untuk menikah dengan Muhammad. Kemudian dia mengutus Nafisah untuk menawari Muhammad guna menikah dengannya. Nafisah lalu menawari Muhammad dan menceritakan tentang Khadijah. Akhirnya, Muhammad setuju dan terjadilah pernikahan yang suci dan membawa keberkahan.

Solusi bagi para Pemuda
Sesungguhnya, solusi terbaik bagi problematika para pemuda adalah menikah. Obat penawar yang paling mujarab atas rasa cintanya kepada lawan jenis adalah menikah. Tidak boleh rasa cinta itu disalurkan kepada perbuatan yang haram, misalnya pacaran, berdua-duaan, bahkan sampai perzinaan. Jika memang dia belum mampu untuk menikah, beberapa solusi ini dapat diterapkan:

1. Puasa yang syar’i
Hal ini berdasar solusi yang diberikan oleh Nabi, ”Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu sebagai wija’ (meringankan syahwat dari godaan seks) baginya”. (Muttafaqun ’alaih).

Seorang pemuda juga harus menundukkan pandangannya dari wanita karena Allah, baik di masyarakat, di lingkungan kampus (mungkin kelihatan berat, tapi ayo kita coba), di televisi, internet, dan media yang lain.

2. Memotivasi diri dalam perkara yang baik dan mulia
Yaitu memotivasi diri dalam pembinaan ruhiyah seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an dan hadits dan yang lainnya. Atau memanfaatkan tenaganya untuk beragam aktivitas yang bermanfaat, seperti sibuk dalam bahts (diskusi), menggambar dan melukis (yang tidak disertai dengan gambar yang bernyawa), membuat kerajinan dari kayu atau tripleks serta hobi-hobi yang bermanfaat lainnya.

3. Berolahraga
Yaitu bersungguh-sungguh melatih fisik, melakukan olahraga, serta memperhatikan pendidikan jasmani, seperti lari jarak jauh, angkat beban, gulat, belajar memanah, renang, serta perkara lain yang bisa meringankan syahwatnya.

4. Buku-buku agama
Solusi yang terpenting adalah membaca Al-Qur’an dan hadits, kitab-kitab tafsir, menjaga hapalan Al-Qur’an dan hadits, menelaah sirah nabawiyah, sejarah Khulafaurrosyidin serta cendekiawan yang bijak. Bisa juga dengan sibuk menuntut ilmu agama, baik dengan menghadiri majlisnya langsung, atau mendengarkan lewat radio.

Pacaran Boleh kok, tapi....
Boleh saja kita pacaran dengan model apa saja, dengan bergandengan tangan, dengan berdua-duaan, dengan berciuman, tetapi dengan 1 syarat: itu semua dilakukan setelah pernikahan. he...he.... InsyaAllah lebih nikmat dan lebih membawa keberkahan, dan yang penting mendapat ridho dari Allah ta’ala.
Mau Coba ?
Wallohu ta’ala a’lam.

Maroji’:
1. Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid
2. Bagaimana Mendidik Putra-Putri Kita, Syaikh Muhammad Jamil Zainu
3. Istri-Istri dan Putri-Putri Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli & Musthafa Asy-Syilby


download pdf file

0 komentar:

Posting Komentar

Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.