MUHASABAH Buletin Asy-Syifa edisi Mei 2010

Agar Hidup Lebih Mudah

Hidup ini kadang tak selalu sesuai dengan keinginan kita. Masalah, ujian dan cobaan datang silih berganti. Namun, beginilah hidup, seperti berada dalam belantara masalah tanpa usai, suka tidak suka harus dijalani. Kita akan dalam situasi yang membahayakan bila tak mampu menemukan jalan keluar. Bahkan, jika sampai tersesat dan salah jalan, bisa jadi masalahnya justru tambah runyam.

Harus diakui, hidup dengan berjuta-juta masalahnya memang tak mudah dijalani. Tapi, mau bagaimana lagi, kita sudah ‘terlanjur’ hidup. Maka yang akan harusnya dibahas adalah bagaimana membuat hidup menjadi lebih mudah. Toh, terus berkeluh kesah pun juga tak kan menyelesaikan masalah. Tak jarang, dalam menghadapi masalah itulah ‘nilai’ kita sebagai seorang hamba Allah dipertaruhkan.

Sesungguhnya, jika tahu rahasianya, masalah tidaklah serumit yang kita kira. Menghadapinya malah bisa menjadi perjalanan yang mengasyikkan. Ia bisa menjadi tantangan yang mendewasakan. Meski diakui atau tidak, kita sering belajar dari masalah untuk bisa menjadi lebih baik. Allah pun tidak akan membebankannya di luar batas kesanggupan kita, artinya manusia diberi potensi untuk bisa menyelesaikan masalah yang menimpanya. Potensi ini ada, tetapi sering tertutupi oleh kebodohan dan ketakutan kita sendiri. Kepercayaan akan kemampuan diri menjadi penting sebab pilihan kebenaran tak selalu penuh dukungan. Seringkali ia justru sepi dan sunyi, hingga kadang membuat ragu. Juga luka-luka di jalan terjal berdebu seringkali begitu menyakitkan hingga membuat jiwa nyaris putus asa. Maka, jika suatu saat anda yakin berada di jalan kebenaran tetapi menemui ujian yang berat, percayalah bahwa anda adalah orang hebat karena ujian untuk para ‘sarjana’ pasti akan berbeda dengan ujian ‘anak TK’.

Lalu, Allah adalah sebaik-baik tempat memohon, juga tempat menyandarkan beban hidup. Dia lah yang bisa mengecilkan semua tantangan, memudahkan segala kesulitan, meringankan beban, dan memberi jalan di tengah kebuntuan. Janji-Nya benar, sumpah-Nya pasti. Dia tidak akan meninggalkan hamba-hamba-Nya yang percaya terhadap firman-firman-Nya. Dia akan selalu memberi jalan keluar di setiap kesulitan kita, asal kita pasrah dan percaya akan kuasa-Nya. Memasrahkan diri kepada Allah dengan menyusuri jalan yang telah dipilihkan-Nya adalah jalan terbaik, jalan yang akan mengantarkan kita kepada hasil yang mencengangkan, dunia-akhirat.

Kita juga harus percaya bahwa Allah Mahakaya. Dia memiliki semua yang kita butuhkan. Dia yang Maha Pemberi bahkan sebelum kita meminta atau berfikir untuk memintanya. Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan melebihi pengetahuan mengenai kebutuhan kita sendiri. Dia yang mengetahui yang terbaik, mengetahui segala yang ghaib. Mengetahui apa yang terjadi dulu, sekarang, dan masa depan. Kuasa-Nya berada jauh di luar apa yang bisa dijangkau dengan akal. Begitu pemurahnya Allah, hingga kita tidak akan mampu menghitung semua nikmat-Nya. Bahkan, saat seluruh makhluk berkumpul, bersekongkol untuk mencelakai kita, mereka tidak akan bisa melakukannya sedikit pun jika Allah tidak mengizinkan.

Lantas, apalagi yang perlu kita takutkan? Adakah kita khawatir dengan jaminan yang diberikan Allah, al Malikul mulki (Rajanya para Raja)?

Bagi orang-orang beriman, meski hidup ini sarat dengan berbagai cobaan, kefakiran, dan penderitaan, ia tetap melahirkan cinta dan tawakal. Sebab Allah tidak mungkin salah. Pasrah kepada-Nya tidak mungkin keliru. Bisa jadi, kita justru menemui kenikmatan lain, bermunajat kepada-Nya. Ber-inabah kepada Allah, mengakui kekerdilan dan segala keterbatasan. Lenyaplah segala kesombongan, takabur, riya’ -sifat yang sebenarnya sama sekali tak layak untuk manusia, hamba Allah yang faqiir- yang selama ini terus menempel menimbulkan kerak-kerak hati. Pada saat itulah kita tersadar bahwa nikmat iman terasa begitu lebih indah dan syahdu, jauh melebihi apa pun. Bila sudah mencapai ini, niscaya semua hal yang awalnya kita sangka sebagai penderitaan, menjadi tak seimbang dengan nikmatnya penghambaan.

Dan bila hidup ini masih saja terasa begitu sulit, segeralah instrospeksi diri karena berpalingnya hamba dari Allah merupakan sebab terputusnya pertolongan asasi. Tidak ada lagi tempat bergantung karena tangan kita terputus dari jalan-jalan langit. Bumi pun menjauh, hingga kaki kita goyah dan terjatuh. Kita harus berjuang menghadapi misteri kehidupan sendirian. Padahal, tanpa pertolongan Allah, kita tak kan mampu berbuat apa-apa. Begitu beratnya hidup, hingga masalah-masalah yang sebenarnya mudah dan sepele menjadi begitu rumit dan berat. Kesombongan itu hanya akan membuahkan kepedihan dan kesengsaraan. Semakin lama berjalan, semakin terperosok lembah nestapa. Akhirnya pun akan binasa dalam kematian yang sia-sia.

Sekarang, tinggal pilih jalan mana yang akan ditempuh.... kita bebas memilih apa yang akan kita lakukan sekarang, tetapi tidak bebas mendapat konsekuensinya esok... (JNN)

Sumber:
Majalah ar-Risalah Edisi 84 Th.VII, Inspirasi dari kehidupan, cerita-cerita yang penuh ibrah, dll.


download pdf file

0 komentar:

Posting Komentar

Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.