Berbekal untuk Akhirat

Suatu ketika, Umar bin khattab ra mendatangi Rasulullah SAW yang sedang menjauhi istrinya di sebuah ruangan. Tatkala Umar masuk kepada beliau di ruangan tersebut, tidak didapati kecuali sedikit makanan, qaradha (daun salam yang dipakai untuk menyamak), gandum, dan sebuah kantong air dari kulit. Beliau berbaring diatas tikar yang jalinannya membekas pada tubuh beliau sehingga Umar menangis. Maka beliau berkata, “Ada apa denganmu?” Umar mengatakan, “Wahai Rasulullah, engkau pilihan Allah dari makhluk-Nya, sedangkan pembesar Romawi dan Persia dalam kondisi yang mewah.”

Maka beliau duduk dan memerah wajahnya dan bersabda, “Apakah engkau ragu wahai Umar? ”Kemudian beliau bersabda, “Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kemewahan-kemewahan di dunia.” (Muttafaqun 'alaihi). Dalam riwayat Muslim, “Bukankah kamu ridha bagi mereka dunia dan bagi kita akhirat?” Umar menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Kemudian beliau bersabda, “Maka pujilah Allah Subhanahu wa ta'ala!”

Demikianlah keadaan manusia terbaik sepanjang zaman, orang yang pertama kali akan mengetuk pintu surga, orang yang dimuliakan di dunia dan di akhirat, yaitu Nabi kita Muhammad SAW. Betapa sederhana-nya kehidupan beliau, betapa remehnya dunia dalam pandangan beliau, sehingga para sahabat menangis melihat keadaan beliau.

Rasulullah dan para sahabatnya merupakan orang-orang yang benar-benar fokus mengejar akhirat, waktu-waktunya digunakan untuk mencari keridhoan Allah dengan jalan melaksanakan berbagai ibadah kepada-Nya. Kekhusyu'-an dalam sholat, kesungguhan dalam berjihad, keikhlasan dalam berinfaq, kehangatan dalam berukhuwah, semuanya menghiasi perjalanan hidup mereka. Seolah dunia tak mempunyai arti apa-apa dalam pandangan mereka. Akan tetapi, mereka mengambil dunia secukupnya saja bagi mereka.

Ibnul Jauzi berkata, “Barangsiapa yang berpikir dalam-dalam dan seksama tentang akhir kehidupan dunia, ia akan senantiasa waspada. Barangsiapa yang yakin akan betapa panjangnya jalan yang ditempuh, maka ia akan menyiapkan bekal sebaik-baiknya. Alangkah anehnya manusia yang yakin akan sesuatu, namun ia melupakannya dan betapa anehnya mereka yang mengetahui bahaya sesuatu, namun ia menutup mata.”

Sebagian besar orang berlomba-lomba untuk mencari harta, meraih kedudukan, dan memburu kenikmatan-kenikmatan duniawi yang lain. Apakah mereka tidak sadar bahwa dunia ini akan segera hancur? bahwa setelah itu akan ada kehidupan akhirat yang lebih kekal? bahwa bekal perjalanan di akhirat adalah iman dan amal sholih? Ataukah mereka sudah tahu, akan tetapi, pengetahuan mereka tertutupi dengan hawa nafsu? Ya Allah, berilah kekuatan dan kemudahan kepada kami untuk selalu menyiapkan bekal ke akhirat dan bekal untuk menghadap-Mu. Amin

Marilah kita perhatikan kehidupan kuliah kita. Ada virus yang sangat berbahaya bagi kehidupan mahasiswa, yaitu virus 'cinta dunia, dan lalai akan akhirat'. Diantara gejala orang yang sudah terinfeksi adalah mereka meninggalkan ilmu agama dengan alasan sibuk belajar yang lain. Dia enggan mempelajarinya, meremehkannya, enggan mengikuti kajian-kajian keislaman, dll. Padahal, ilmu agama adalah ilmu yang paling penting, dengannya, kita bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana perintah mana larangan, sehingga menghasilkan amalan yang benar. Jika seseorang bodoh terhadap ilmu agama, besar kemungkinan dia akan terjatuh ke dalam jurang-jurang kemaksiatan.

Diantara gejala yang lain adalah seseorang sangat bersemangat dalam hal-hal yang menunjang kesuksesan duniawinya, akan tetapi malas beramal sholih untuk kehidupan akhiratnya. Kadang ketika kita sibuk belajar kuliah, kita tak memenuhi panggilan azan yang berkumandang atau mengulur-ulur waktu sholat sampai menjelang akhir. Kadang ketika kita sibuk mengerjakan tugas kuliah sampai larut malam, kita malas bangun, sehingga sholat subuh ketika sinar matahari terang benderang. Kadang juga ketika kita sibuk berorganisasi, kita lalai untuk ber-amar ma'ruf nahi mungkar dan ikut dalam perjuangan dakwah Islam. Na'udzubillahi min dzalik.

Maka dari itu, agar hati kita senantiasa terikat dengan akhirat, kita harus sering berdzikir kepada Allah ta'ala, merperbanyak amal sholih tapi tidak berlebih-lebihan, meluangkan waktu lebih untuk mempelajari ilmu agama, ikut kajian-kajian keislaman, membaca buku-buku keislaman, dan saling mengingatkan sesama teman untuk segera mempersiapkan bekal untuk menuju ke akhirat.

Allah berfirman, ”Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A'la: 16-17)

Wallahu ta'ala a'lam.

download pdf file

0 komentar:

Posting Komentar

Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.