Kepompong siap jadi kupu kupu
Persahabatan sejati karena aqidah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang berbeda beda, unik, dan hanya ada satu di dunia ini. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya.
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.
Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari setengah abad.
Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam.
Kedudukan Ukhuwah dalam Islam
Ukhuwah Islamiyah adalah nikmat Allah swt, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allah lah yang menciptakannya. Allah berfirman, “…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103).
Ukhuwah adalah pemberian Allah. Ia berfirman, “…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal: 63)”
Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah juga kelembutan, cinta, dan kasih sayang. Rasulullah saw bersabda,“Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim).
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda,“Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).
Ukhuwan tak bisa dibeli dengan uang atau sekedar kata-kata. Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati. Dan ukhuwah merupakan karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang sholeh. Dan ukhuwah Islamiyah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10).”
Artinya, mukmin satu dengan mukmin yang lain itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan dasar keimanan. Jika kita melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah.
Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,
“Teman-teman Di antara unsur-unsur pokok dalam akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al-Zukhruf: 67).
Ukhuwah adalah Cinta.
Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan. di antara faktor-faktor yang dapat mempertahankan atau menambah keharmonian hubungan ukhuwah antara sesama Muslim adalah ketulusan hati dan prasangka baik (husnudzhon). Dengan alasan tersebut Allah dan Rasul-Nya melarang kita berburuk sangka (su'udzdzon) dan mengikutinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa" (QS: Al-Hujurat [491: 12).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Hindarilah prasangka (buruk), kerana prasangka (buruk) adalah ucapan yang paling
dusta.”( Diriwayatkan oleh Bukhari dalam an-Nikah no. 5143, al-Adab no. 6064 dan 6066, al-Fara'idh no. 6724)
Sehingga sangat jelas bahwa berprasangka baik terhadap terhadap sesama muslim adalaha hal yang paling mendasar dalam menjalin suatu ukhuwah.
Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan. Sehingga, sangat jelas bahwa kita sebagai seorang muslim, kita harus menjalin ikatan persaudaraan atas dasar keimanan kita kepada Allah. Persaudaraan tanpa landasan iman, akan terasa hambar dan hampa.
Buah yang manis dari Ukhuwah Islamiyah
Dari ukhuwah Islamiyah lahir banyak keutamaan, pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka, tidak merasakannya.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Imam Bukhari).
2. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi Arasy Al-Rahman.
Di akhirat Allah berfirman,
“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Imam Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,
“
3. Mereka adalah ahli surga di akhirat kelak.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. Imam Al-Tirmizi).
Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat).
4. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia dan mendekatkan hamba dengan Allah.
Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, “…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Imam Al-Munziri).
5. Diampunkan Dosa.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadits yang ditakhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if)
Proses terbentuknya ukhuwah islamiyah
Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya ukhuwah islamiyah. Perpecahan dikalangan umat dewasa ini terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh. Allah SWT berfirman, ketaatan beribadah dan ketakwaan sebagai solusi dari perpecahan umat. Lihat Q.S. Al Hujurat (49) : 10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Persaudaran yang dilandaskan pada iman akan mendapat nikmat dari Allah yang tiada
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS: Al Hujuraat (49):13 Adanya suatu interaksi antar manusia dapat menjadikanya lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Sara saling memahami muncul dari hati seseorang yang benar benar tulus. Tanpa perasaan saling memahami maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf/pengenalan dapat diprogram namun proses tafahum hanya dapat dilakukan secara alami bersamaan degna berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya serta dapat menerima perbedaan. “dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali-Imron : 3) 3. Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong). “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maaidah :2.) Bila saling memahami sudah lahir maka timbullah saling tolong-menolong. Pertolongan yang dapat kita berikan pada saudara kita sangat luas bentuk dan waktunya. Pertolongan dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan-wujud yang paling ringan dan lemah), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal/perbuatan (saling Bantu membantu). Saling menolong dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk social yang butuh berinteraksi dan butuh pertolongan orang lain. Kebersamaan akan terasa lebih indah bila kita dapat saling tolong-menolong dengan saudara kita. |
4. Itsar (Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri)
Itsar adalah tingkatan tertinggi dalam ukhuwah yang dilandaskan iman dan kecintaan kepada saudara muslim karena Allah. Banyak kisah yang menunjukkan sifat itsar. Suatu kisah yang berasal dari Al-Hudzaifah Al-‘Adawiy, ketika perang Yarmuk ia pergi mencari anak pamannya dengan membawa bekal air yang sedkikit. Ketika Hudzaifah hendak memberinya minum ada seorang lelaki yang merintih, lalu putra pamannya itu mengisaratkan untuk mendekati laki-laki itu yang ternyata dia adalah Hisyam bin Al-‘Ash. Ketika hendak memunim air yang dibawa oleh Hudzaifah, terdengar rintihan orang lain, lalu Hisyam bin Al-‘Ash mengisaratkan untuk mendekati orang tersebut. Ketika Hudzaifah menghampirinya, orang tersebut telah meninggal. Lalu ia kembali pada putra pamannya, ternyata juga sudah meninggal. Lalu ia menghampiri Hisyam yang ternyata juga sudah meninggal.
“Tidaklah beriman salah seorasng diantara kamu hingga dia mencintai sesuatu untuk saudranya sebagaimana ia mencintainya untuk dirinya sendiri” (HR. Bukhari-Muslim).
Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah dan rosul-Nya. Bila umat islam dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan islam ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Tafadhol antum / antunna mengkomentari posting di atas. Syukron.